Isnin, April 21, 2008

Kutitip rinduku bertalu-talu

Kutitip rinduku bertalu-talu
lalu sambutlah salamku ini
dari desiran angin yang rakus menggila
jangan biarkan ia bergelintaran pada pusar-pusar masa
dan tergeletak pada detak diri yang kesasar entah di mana

Marilah, tolong alas salamku ini di atas ambal yang redup
dipayungi pepohon rendang kala sore menjelang
nah, ada bianglala bercipratan dan senja jadi meriah
lalu kesuguhkan puisi cinta
pada sebuah senja lewat rintihan gemawan merah
yang baru menangisi sebuah kehidupan

Tuhan,
manusia dan alam bercakaran
alam jadi rosak di atas rakus sang manusia
kapan bilakah dunia ini bisa aman
lalu kubungkuskan salamku
kusimpan pada kartu waktu
moga satu masa aku bisa senyum
melihat mentari merona
tanpa duka dan air mata.

U-HAH
21 April 2008
Shah Alam

Tiada ulasan: