Entah tiba-tiba, apakah gerangannya Pok Nik melatah mencucuk perut orang-orang 'nuno' yang berasal dari Planet Marikh dengan latah ‘Orang Utan’nya?
Hebohlah bercek-cok seantero bumi Afrika Selatan, diulaslah oleh para pembesar dan rakyat jelata:
“Tidaklah patut seorang ulama’ berkata sedemikian”
“Bukankah dahulu Tok Nik yang memesan agar jangan bermakian?”
“Cermin dahululah diri lain kali”
Arakian sekian banyaknya sanggahan dan pandangan. Lalu pacal yang hina pun duduk berteleku bertanya kepada sahabat hamba yang bijak laksana dalam ilmu bahasa, falsafah dan mantiqnya.
“Mujur juga Pok Nik kata Orang Utan…”
- Kenapa?
“Jika dia kata Ba*#… Utan, bagaimana?
- Isyk, lagi teruklah tu…
“Iyalah, kamu lihat Orang Utan, dia tu memang tak tahu undang-undang. Dia tahu rempuh sahaja. Samalah orang yang suka merempuh sana-sini macam Orang Utan.”
- Maaf, hamba tak berapa mengerti sang bijaklasana.
“Orang Utan itu, dia makhluk yang tak reti apa tapi akur apa perintah Allah. Tapi manusia, khasnya bangsa nuno yang bertamadun itu…lawan cakap Allah. Mana lebih teruk, Orang nuno atau Orang Utan?”
- Hi…tak gamak saya…
“Apa gamak-gamaknya lagi! Orang Utan tak bertudung kepala, jadi kalau orang nuno sendiri tak bertudung kepala, itu langgar undang-undang Allah tak? Sama tak macam Orang Utan bahkan lebih teruk lagikan?”
Saya pun mengisar punggung menyembah salam seraya berterima kasih. Arakian fahamlah saya akhirnya hikayat Orang Utan ini.
Wallahua’lam.
Hebohlah bercek-cok seantero bumi Afrika Selatan, diulaslah oleh para pembesar dan rakyat jelata:
“Tidaklah patut seorang ulama’ berkata sedemikian”
“Bukankah dahulu Tok Nik yang memesan agar jangan bermakian?”
“Cermin dahululah diri lain kali”
Arakian sekian banyaknya sanggahan dan pandangan. Lalu pacal yang hina pun duduk berteleku bertanya kepada sahabat hamba yang bijak laksana dalam ilmu bahasa, falsafah dan mantiqnya.
“Mujur juga Pok Nik kata Orang Utan…”
- Kenapa?
“Jika dia kata Ba*#… Utan, bagaimana?
- Isyk, lagi teruklah tu…
“Iyalah, kamu lihat Orang Utan, dia tu memang tak tahu undang-undang. Dia tahu rempuh sahaja. Samalah orang yang suka merempuh sana-sini macam Orang Utan.”
- Maaf, hamba tak berapa mengerti sang bijaklasana.
“Orang Utan itu, dia makhluk yang tak reti apa tapi akur apa perintah Allah. Tapi manusia, khasnya bangsa nuno yang bertamadun itu…lawan cakap Allah. Mana lebih teruk, Orang nuno atau Orang Utan?”
- Hi…tak gamak saya…
“Apa gamak-gamaknya lagi! Orang Utan tak bertudung kepala, jadi kalau orang nuno sendiri tak bertudung kepala, itu langgar undang-undang Allah tak? Sama tak macam Orang Utan bahkan lebih teruk lagikan?”
Saya pun mengisar punggung menyembah salam seraya berterima kasih. Arakian fahamlah saya akhirnya hikayat Orang Utan ini.
Wallahua’lam.
2 ulasan:
deme kan se-geng ngan barat yang ngatakan manusia ni asal kajadian dari spesies monyet dan seangkatan ngan nye.Tak kan tu pun nak marah .. OKlah tu..
Menurut hikayat penglipur lara dari negeri antah berantah berdekatan teloq sebutir, ada satu spesies manusia jadian di sana yang akan mari menjelma tatkala gerhana...ada pun ia menjelma sebentar cuma, memangkah-mangkahlah ia akan sesuatu sebelum ghaib kembali. Menurut telekan Nujum Pa' Kadok, ada pun spesies hantu itu adalah saudaranya spesies orang utan inilah...
Catat Ulasan